Kontestan Nigeria Menangkan Gelar Miss Muslimah


Kontestan asal Nigeria menitikkan air mata sambil mengucapkan syukur dengan membaca ayat-ayat Qur’an ketika ditetapkan sebagai pemenang kontes Miss Muslimah yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu malam (18/9).

20 finalis yang mengikuti acara tersebut diwajibkan mengenakan hijab, berjalan diatas cat walk dengan pakaian bordir yang disorot lampu berkilauan.

Seluruh kontestan harus menutupi auratnya. Penilaian atas mereka didasarkan pada kemampuan mereka dalam membaca Qur’an dan pengetahuannya tentang Islam dalam dunia modern.

Setelah menampilkan diri dihadapan hadirin yang sebagian besar para pemuka agama dan Muslim yang taat, sebuah panel juri menetapkan Obabiyi Aishah Ajibola (21) dari Nigeria sebagai pemenang, seperti dilaporkan oleh AFP. 

Dia mengatakan bahwa kemenangannya atas berkah dan seizin Allah. Atas capaiannya tersebut, ia memperoleh hadiah sebesar 25 juta rupiah ($2.200) dan perjalanan ke Makkah dan India

Ajibola mengatakan kepada AFP sebelum final bahwa even ini “tidak sepenuhnya kompetisi”

“Kami hanya mencoba menunjukkan kepada dunia bahwa Islam itu indah,” katanya.

Organiser acara Eka Shanti mengatakan, kontes ini merupakan alternatif lain dari model yang dikembangkan oleh Miss World, dan menunjukkan bahwa upaya oposisi dapat dilakukan dengan cara-cara non kekerasan.

Eka Shanti, yang mendirikan kontes ini tiga tahun lalu, setelah kehilangan pekerjaannya sebagai pembaca berita TV karena menolak melepaskan hijabnya, mengatakan, ini merupakan jawaban Islam terhadap Miss World.

"Tahun ini, kami menyelenggarakan acara beberapa saat sebelum final Miss World untuk menunjukkan terdapat role model alternatif untuk wanita Muslimah,” katanya kepada AFP.

“Tetapi ini bukan sekedar Miss World. Wanita Muslimah. Terdapat kecenderungan wanita Muslimah bekerja di dunia entertainment yang menunjukkan seksualitas secara eksplisit. Ini patut menjadi perhatian.”

Kontes ini menghadirkan host Dewi Sandra, artis yang belakangan menggunakan hijab. Kontes ini menampilkan musik pop dan Islam, serta menampilkan kesopanan peserta, yang menjadi salah satu kriteria penilaian hakim.

Kontes ini juga menampilkan pakaian karya desainer Indonesia, sebuah pendekatan berbeda daripada yang dilakukan oleh para penentang dari kelompok radikal.

Sebelum mencapai final di Indonesia, lebih dari 500 kontestan berkompetisi secara online, salah satunya adalah menceritakan bagaimana mereka mulai mengenakan hijab.

Kontes ini pertama kali diselenggarakan pada 2011 dengan nama berbeda dan hanya untuk warga negara Indonesia, kata Shanti, tetapi setelah media mulai membandingkan dengan Miss World, dilakukan rebranding sebagai kontes alternatif terhadap Muslimah.

Karena popularitasnya, organiser menerima kontestan asing mulai tahun ini, dengan peserta yang mewakili Iran, Malaysia, Bangladesh, Brunei, Nigeria dan Indonesia.
Kontestan dikarantina selama 10 hari untuk melakukan berbagai aktifitas seperti membaca Qur’an, pelatihan ketrampilan IT dan belajar menggunakan make up secara benar

“Perempuan Muslimah itu sholehah, cerdas dan stylish,” kata Eka. “Mereka merupakan jawaban yang melihat Islam hanya kemiskinan dan terorisme.”

Evawani Efliza (23), merupakan peserta dari Indonesia, yang belajar Psikologi di Kanada, mengatakan, ia mengikuti kontes ini agar memiliki karakter yang lebih baik dan lebih dekat dengan Allah.

“Saya belajar untuk memiliki sikap yang baik di sepanjang waktu dan memberi kontribusi sebagai wanita Muslim kepada negara dan keluarga.”
Terpilihnya Obabiyi Aishah Ajibola sebagai pemenang World Muslimah 2013 dianggap oleh Sandrina Malakiano sebagai kemenangan yang layak bagi perempuan asal Nigeria tersebut. Menurut Sandrina dan tiga rekan juri lainnya, yaitu Inneke Koesherawaty, Farhana Ahmeed dari Bangladesh, dan Jameyah Sheriff dari Malaysia, karakter dan kemampuan Obabiyi layak mengantarkannya menjadi pemenang.

"Memang ada pemilihan yang jelas dari World Muslimah ini. Obabiyi ini memang memenuhi semua kriteria itu," kata Sandrina saat ditemui Tempo usai penjurian di Balai Sarbini, Rabu, 18 September 2013. "Kami harus fair ya. Sekali pun dilakukan di Indonesia, ternyata dia bisa tampil lebih baik. Ia punya pengetahuan yang tegas dan wawasan yang luas."

Menurut Sandrina, sejak awal penjurian keempat juri sepakat memilih Obabiyi sebagai pemenang. "Kami semua juri sepakat kalau dia yang terpilih, plus lagi ternyata semua juri vote lock sepakat ya," dia mengatakan.

Ajang World Muslimah 2013 merupakan ajang yang menarik bagi Sandrina. Menurutnya kepercayaan World Muslimah 2013 kepada Obabiyi, serta lokasi tahun depan yang berpindah tidak lagi di Indonesia membuktikan bahwa ada perluasan dari penyelenggaraan kejuaraan ini.

Kembangkan pesantren
Ajang Miss Muslimah ini juga turut mempromosikan dibangunnya sebuah pondok pesantren bagi para muslimah mualaf.

"Pesantren Muslimah mualaf ini merupakan tempat yang dibangun untuk dapat mendidik para Muslimah mualaf agar ke depannya mereka tidak menggantungkan diri kepada orang lain,” katanya kepada Tempo.

Berdasarkan banyak pengalaman yang dapat dilihat saat ini, kondisi para mualaf di Indonesia cenderung sulit untuk mencoba bangkit dan mandiri.
"Jangan sampai para mualaf ini ke depannya hidup menggantungkan diri terhadap zakat, meskipun ada alokasi zakat untuk para mualaf," Eka menambahkan.

Pesantren itu juga akan menyediakan program keterampilan agar para mualaf bisa mandiri secara finansial. "Dilengkapi pula dengan program creative entrepreneur boarding school, membuat program yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Ada pula pembelajaran mengenai ilmu-ilmu agama, penerapan keterampilan, agar mereka punya kemampuan yang bisa digunakan untuk menghidupi dirinya sendiri kelak," Eka memaparkan lagi. Hingga kini pesantren muslimah mualaf masih dalam proses pembangunan di area Sentul City.
 
Sumber: 
Situs Resmi Nahdhatul Ulama
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ma'haduna - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger