Humor Santri 2

-->
Njaluk Slamet
            Ada sebuah tradisi yang unik disalah satu Pondok Pesantren Jawa Timur, dimana setiap satu bulan sekali pada hari kamis minggu pertama anak-anak santri diperbolehkan keluar untuk refresing sekadar menghilangkan kejenuhan karena terus menerus berada didalam pondok.
Dengan tradisi ini setiap santri merasa gembira, karena akan ke kota termasuk salah satunya Shodiq. Ia dan temannya merasa senang, seraya berkata “Wah nanti kita akan jalan-jalan” gumam meraka. Sehingga tibalah waktu yang mereka nanti-nantikan. Shodiq dan Ahmad temannya pergi ke kota dengan jalan kaki, mereka berputar-putar keliling kota walau sekedar cuci mata alias tidak ada yang dibeli. Mereka sangat bahagia dan merasa heppy. Setelah merasa pus jala-jalan, mereka menuju Masjid untuk menuggu datangnya waktu Maghrib. Tak lama kemudian terdengarlah kumandang suara Adzan, Shodiq dan temanya bergegas melaksanakan sholat Maghrib berjamaah, karena kurang afdhol bagi santri jika tidak sholat berjamaah. Setelah selesai sholat Shodiq berkata kepada Ahmad.
“Kita pulang yuk?” (ajak Shodiq)
“Ayo” (jawab Ahmad)
“Im, aku lelah sekali”
“Aku juga” (sambut Ahmad)
“Kita naik becak aja yuk?” (ajak Shodiq)
Akhirnya mereka putuskan untuk naik becak walau uangnya seribu lima ratus.
“Pak , becak ke pondok piro?” (Ahmad bertanya dengan bahasa jawa yang kaku)
“Telung ewu limangatus, Gus!” (jawab tukang becak)
“Telung ewu limangatus itu berapa, Pak?” (tanya Ahmad kebingungan)
“Tiga ribu lima ratus , Gus?” (jawab tukang becak dengan tersenyum), ora ngerti boso jowo, pake boso jowo gus-gus (gumam tukang becak dalam hati)
“Seribu lima ratus ya Pak!” ( Shodiq menawar)
“Dua ribu setengah” (jawab tukang becak menurunkan tarifnya)
“Kalau tidak mau ya sudah” (gerutu mereka sambil berlalu)
Karena tukang becak itu merasa belum ada penglaris, alias belum ada recehan yang masuk kekantong, dengan terpaksa akhirnya di terima tawaran dua santri lugu itu.
“ enggih Gus, monggo” (tukang becak mengalah)
Mereka langsung bergegas naik becak degan senang, karena bisa pulang naik becak dengan ongkos pas-pasan. Setelah mereka duduk, tukang becak dengan semangat 45 langsung meng-goeskan becaknya dengan cepat bagai kilat, yaa….kurang lebih seratus dua puluh kilo meter perjam tanpa rem…..lagi, tambah bonus ngepot pula dan kadang –kadang situkang becak mengangkaat salah satu roda depannya persis pembalat sirkuit. Karuan aja hal ini membuat Shodiq dan Ahmad merasa khawatir dan ketakutan, bisa-bisa nyungsep ke trotoar. Mereka ketakutan setengah mati, untung tidak mati beneran. Akhirnya Ahmad teriak-teriak,
“Bang-bang eh…..pak-pak pelan pelan donk nanti kecebur got nih!”
           “Iya pak, nanti nabrak!”sambut Shodiq juga... He....he......he........
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ma'haduna - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger