Hijrah Menuju Mukmin Sejati


Tahun baru telah tiba. Melalui perenungan terhadap hakekat tahun baru hijriyah ini, marilah sejenak kita tengok masa perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabat dalam menegakkan agama Alloh, agama Islam. Sebagaimana diketahui dalam catatan sejarah, saat Rasulullah SAW dan para sahabat mengembangkan risalah Islam di Mekkah, banyak menemui tantangan dan hambatan yang tidak ringan. Para kuffar Makkah melakukan penganiayaan terhadap Rasulullah SAW dan para sahabat dengan tujuan agar beliau menghentikan dakwahnya.
Semakin hari, kekejaman dan penganiayaan semakin keras. Namun sungguh suatu keajaiban, semakin keras penindasan dan semakin keras penganiayaan, Islam pun semakin berkembang. Tidak satupun orang yang begitu masuk Islam lalu sudi keluar menjadi murtad, bagaimanapun kerasnya kekejamaan dan penganiayaan yang mereka lakukan.
Puncak kekejamaan yang dilakukan oleh kuffar Makkah adalah rencana untuk membunuh Rasulullah SAW. Saat pengepungan terhadap Rasulullah SAW itulah, Rasulullah SAW memutuskan untuk meninggalkan kota Makkah bersama dengan sahabat Abu Bakar ra. Maha Besar Allah SWT. Ia menunjukkan kekuasaan-Nya. Dalam kondisi terkepung, Nabi SAW atas izin Allah bisa keluar rumah tanpa ada yang mengetahuinya. Bahkan kaum Quraisy yang sangat yakin bahwa yang berbaring di tempat tidur Rasulullah SAW adalah beliau menjadi kaget begitu melihat yang sedang tidur adalah sayiddina Ali bin Abi Thalib ra.
Peristiwa hijrah ini menjadi tonggak perjuangan umat Islam untuk selanjutnya. Mereka tidak hanya dikagumi oleh kawan tapi juga disegani oleh lawan. Peristiwa hijrah akan tetap relevan atau cocok dikaitkan dengan konteks ruang dan waktu sekarang ataupun yang akan datang.
Nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah itu akan tetap sesuai dijadikan cermin kehidupan. Banyak sekali hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa tersebut. Diantaranya:
Pertama, hijrah merupakan perjalanan mempertahankan keimanan. Karena iman, para sahabat sudi meninggalkan kampung halaman, meninggalkan harta benda mereka. Karena iman, mereka rela berpisah orang-orang yang dicintainya yang berbeda akidah. Iman yang mereka pertahankan, melahirkan ketentraman dan ketenangan batin. Kalau batin sudah terasa tentram dan terasa bahagia, maka bagaimanapun pedihnya penderitaan zhahir yang merek alami, tidak akan terasa.
Iman juga berfungsi untuk mengendalikan nafsu, makhluk yang bernama malaikat cuma dianugerahi akal saja tanpa nafsu. Karena itu, tidak ada malaikat yang mendurhakai perintah Alloh. Dan sebaliknya, binatang hanya diberi nafsu oleh Alloh, sehingga wajar kalau setiap hari berbuat salah. Sedangkan manusia diberi kedua-duannya, akal sekaligus nafsu. Jika akal yang mengusai dirinya maka kebenaran akan menang dan meningkat ke derajat malaikat. Namun kalau nafsu yang mengendalikan dirinya, maka sifat-sifat binatang, yang akan menghiasi perilakunya. Sehingga ia turun derajat ke tataran binatang. Sebagaimana firman Alloh dalam QS. at-Tiin ayat 4 dan 5 yang artinya: "Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)." 
Sedang hikmah kedua, hijrah merupakan perjalanan ibadah. Pada waktu hijrah, dorongan para sahabat untuk ikut tidak sama, ada yang berorientasi dunia dan ukhrowi. Oleh karena itu Rasululloh SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori yang berbunyi: 

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلىَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ، فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ اِمْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. (رواه البخاري)
              Artinya: Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Barang siapa hijrah kepada Alloh dan Rasul-Nya, maka berhijrah kepada Alloh dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya untuk kesenangan dunia atau wanita yang akan dinikahinya, maka nikahnya pada apa yang dihijarahi. (HR. Bukhori).
Oleh karena itu, semangat ibadah inilah yang harus menjiwai kita dalam menghayati peristiwa ini.
Kemudian hikmah ketiga, hijrah adalah perjalanan ukhuwah. Para jamaah, kita bisa menyimak bersama bagaimana penduduk Madinah menyambut orang-orang Mekkah sebagai saudara. Kemudian mereka bergaul dalam suasana ukhuwah yang berlandaskan satu keyakinan bahwa semua manusia berasal dari Nabi Adam as. Maka bersatulah orang-orang Muhajirin dan Anshor sebagai saudara yang diikat oleh akidah. Dalam QS. al-Hujurot ayat 10 Alloh SWT, yang artinya: "Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat."
Demikianlah sekelumit tentang hikmah hijrah Nabi SAW. Marilah dalam menghayati tahun baru hijriyah ini, kita tanamkan semangat meningkatkan keimanan kepada Alloh SWT, semangat ukhuwah Islamiyah atau kebersamaan, bahwa orang mukmin yang satu dengan yang lain adalah saudara. Jika yang satu sakit yang lain ikut merasakan pedih. Dan juga meningkatkan ibadah, sebagai media untuk menjaga keseimbangan lahir dan batin. Semoga kita diberi kekauatan iman oleh Alloh untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya, sebagai wujud dari keimanan, sehingga dapat tercapai kebahagian dunia dan akherat. Amien………

Silahkan download disini.....
DOWNLOAD
Share this article :

+ komentar + 1 komentar

14 November 2012 pukul 18.34

Mari Kita hijrah menuju mukmin sejati........

Posting Komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Ma'haduna - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger